Kamis, 10 November 2011

Dikeloni Ibu Sampai Usia 3 Tahun Bagus Untuk Jantung Anak

Anak Autis Punya Otak Lebih Besar dan Syaraf Lebih Banyak

Desain Grafis Temukan Huruf Baru untuk Disleksia

Jakarta, Penderita disleksia sangat kesulitan untuk membaca hurup satu per satu dan selalu mengira-ngira kata saat membaca. Kini dengan penggunan font (tampilan) khusus yang disebut Dyslexie, ampuh mengurangi jumlah kesalahan baca yang umum dilakukan penderita disleksia.

Setelah bertahun-tahun mengira-ngira kata saat membaca, Kristen Boer akhirnya mengembangkan suatu cara untuk membantu mengatasi gangguan disleksia-nya. Pria Belanda berusia 30 tahun yang berprofesi sebagai desainer grafis ini menciptakan font yang disebut Dyslexie.

Disleksia merupakan gangguan yang merusak ketepatan atau pemahaman seseorang dalam membaca huruf atau kata-kata. Dyslexie berfungsi dengan memfokuskan penampilan huruf alfabet tertentu yang umumnya sulit dibedakan oleh penderita disleksia, seperti huruf 'd' dan 'b', dan membuatnya lebih mudah dikenali. Boer merilis font ini dalam bahasa Inggris dan dapat dibeli secara online.

Boer mulai merancang font ini pada tahun 2008 saat belajar di University of Twente di Belanda. Rancangan ini akhirnya menjadi proyek sekolah pascasarjananya.

Pada bulan Desember 2010, seorang mahasiswa melakukan penelitian independen mengenai font untuk tesis masternya dan menemukan penurunan kesalahan baca yang signifikan pada penderita disleksia saat membaca teks Belanda yang diketik dalam font Dyslexie dibandingkan dengan font Arial.

Penelitian Boer juga bisa berdampak besar pada penuturan bahasa Inggris, mengingat kesulitan akibat disleksia lebih besar ketika membaca bahasa itu dibandingkan dengan bahasa Italia yang kata-katanya diucapkan lebih mirip dengan ejaannya.

Tidak seperti pembaca lainnya, penderita disleksia memiliki kecenderungan untuk memutar, menukar dan membalik huruf, sehingga sulit untuk memahami apa yang dibaca. Selama bertahun-tahun disleksia diduga sebagai gangguan penglihatan, tetapi para ilmuwan sekarang tahu bahwa kondisi tersebut berasal dari otak.

Scan otak disleksia menunjukkan bahwa ada perbedaan pemrosesan informasi bila dibandingkan dengan otak orang normal. Beberapa penderita disleksia bahkan melihat huruf seperti animasi 3-D yang berputar di depan mata.

"Saya merasa huruf-huruf seperti balon yang mengambang di kepala saya," kata Boer seperti dikutip dari ScientificAmerican.com, Jumat (28/10/2011). Boer mendedikasikan waktu dan keterampilan desain grafisnya untuk menciptakan Dyslexie.

Mayoritas desainer font lebih memperhatikan sisi estetis, namun Boer lebih prihatin dengan pemahaman membaca. Dia memperkirakan bahwa ia telah menghabiskan waktunya lebih dari 15 jam untuk merancang satu huruf. Dia juga merekrut teman-teman kuliahnya yang menderita disleksia untuk meminta saran dan masukan.

Meskipun bukan font yang pertama yang ditujukan membantu penyandang disleksia, Dyslexie telah menerima banyak apresiasi dari penderita dileksia. Mereka berkomentar bahwa font tersebut memungkinkannya untuk membaca dengan lebih tepat dan tidak melelahkan.

Boer tidak bermaksud menjual huruf ini sebagai obat disleksia, tapi dia berharap dapat membantu para penyandang disleksia. Mengingat bermacamnya tingkat gangguan, sulit sebenarnya bagi satu font untuk membantu semua penderita disleksia.

Boer berharap Dyslexie berada dalam arah yang benar untuk membantu orang lain yang menderita gangguan sama seperti yang ia miliki selama bertahun-tahun. Untuk sementara ini, Boer melayani pemesanan Dyslexie dalam bahasa Inggris dan Belanda di situs Web-nya: http://www.studiostudio.nl/bestellen.

Rabu, 09 November 2011

Jangan Menambahkan Gula pada Susu Anak

Jakarta, Beberapa susu untuk bayi dan anak ada yang memiliki rasa tidak terlalu manis, kondisi ini kadang membuat orangtua menambahkan gula saat membuat susu. Tapi kebiasaan ini sebaiknya dihentikan karena sukrosa dalam gula yang berlebihan bisa menimbulkan risiko.

"Jangan menambahkan gula saat membuat susu untuk anak, dan jangan mengenalkan makanan terlalu manis pada anak berusia di bawah 2 tahun," ujar dr Ahmad Suryawan, SpA(K) dalam acara Batasi Asupan Sukrosa Pada Bayi di KOI restaurant, Kemang, Jakarta, Rabu (9/11/2011).

Hal ini karena gula mengandung sukrosa yang merupakan jenis disakarida dari karbohidrat simpleks. Di dalam sukrosa ini terkandung glukosa dan juga fruktosa. Sukrosa ini biasanya terdapat di dalam gul apasir, gula tebu atau gula palem.

Dr Inge Permadi, MS, SpGK dari Departemen Ilmu Gizi FKUI menuturkan ada beberapa kerugian yang bisa dialami jika sukrosa yang dikonsumsi oleh anak-anak terlalu banyak yaitu:
1. Menyebabkan karies gigi, hal ini karena sukrosa paling mudah difermentasi oleh bakteri Stafiokokus mutan sehingga menyebabkan suasana asam yang membuat enamel gigi larut. Dengan begitu hal ini membuat kalsium dan fosfor menjadi hilang sehingga mudah bolong.
2. Kekurangan gizi, karena sukrosa membuat kenyang sehingga anak jadi tidak mau makan, serta studi menemukan asupan sukrosa yang tinggi menyebabkan asupan mikronutrient menjadi lebih rendah sehingga ada kemungkinan mempengaruhi pertumbuhan anak
3. Asupan sukrosa besar maka anak cenderung mendapatkan energi yang lebih besar dibanding kebutuhan usianya, tapi kalau energi ini tidak dipakai ia akan menumpuk di dalam tubuh menjadi lemak dan memicu obesitas.

"Penting diketahui oleh orangtua untuk menghindari pemberian sukrosa selama 6 bulan pertama kehidupan anak," ujar Dr Ahmad Suryawan selaku Ketua Divisi Tumbuh Kembang Anak dan Remaja di Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr Soetomo, FK Unair.

Sukrosa yang diperkenalkan sejak dini atau bayi akan mempengaruhi preferensinya terhadap makanan sehingga bisa menyebabkan risiko gangguan kesehatan baik jangka panjang (obesitas) maupun jangka pendek (karies gigi).

"Karena itulah seorang ibu harus mengerti cara memilih susu formula dengan memahami cara membaca komposisi bahan baku yang tercantum dalam label kemasan, dan jangan menambahkan gula lagi," ungkap Dr Inge.

Sedangkan gula yang baik untuk pertumbuhan anak adalah jenis laktosa (gabungan antara glukosa dan galaktosa). Laktosa ini juga dikenal dengan gula susu karena ia terdapat di dalam susu termasuk ASI.

Laktosa ini memiliki beberapa keuntungan yaitu:


  1. Merupakan sumber energi
  2. Membantu memelihara flora baik di usus, karena ia akan difermentasi oleh Lactobacillus bifidus sehingga menciptakan suasana asam dan bakteri baik bisa tumbuh
  3. Meningkatkan penyerapan kalsium

"Dalam pemilihan asupan karbohidrat untuk bayi, pilihlah jenis karbohidrat laktosa dan jangan sukrosa," ujar Dr Inge.